Maskapai-Maskapai Penerbangan yang Hampir Bangkrut Lalu Sukses Bangkit Lagi

Merpati Airlines. ©Liputan6.com
Merdeka.com - Salah satu masalah dalam bisnis penerbangan adalah utang. Bahkan beberapa maskapai penerbangan mengalami kebangkrutan karena kurangnya pemasukan keuntungan hingga terlilit utang. Alhasil mereka tak mampu membayar utang tersebut, sekaligus tak mampu membayar upah pekerjanya.
Namun berkat suntikan dana dan kerjasama, beberapa maskapai berhasil bangkit dari kebangkrutan itu. Berikut maskapai penerbangan yang sempat tumbang, kini berhasil bangkit kembali:
1 dari 3 halaman

PT Merpati Nusantara Airlines (Persero)

Maskapai Merpati Air sempat tumbang karena terlilit utang sebesar Rp10 triliun pada 2016. Kini maskapai penerbangan Indonesia itu kembali hidup setelah mendapat suntikan dana sebesar Rp6,4 triliun dari Intra Asia Corpora. Investor dalam negeri ini terafiliasi dengan Asuransi Intra Asia dan PT Cipendawa Tbk yang sempat terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode emiten CPDX.
Presiden Direktur Merpati Nusantara Airlines, Asep Ekanugraha menjelaskan kucuran dana untuk mengoperasikan Merpati Airlines, disebutkan tidak sepenuhnya berupa dana segar seutuhnya. Selain itu juga tidak akan turun sekaligus.
Namun, kucuran dana itu akan turun bertahap sesuai kebutuhan operasional dalam jangka dua tahun. Dengan adanya dana tersebut, Merpati Airlines setidaknya bisa kembali memiliki pesawat dan mulai mengurus izin rute terbang dan investasi operasional lainnya.
2 dari 3 halaman

Japan Airlines

Maskapai Japan Airlines sempat mengalami kerugian hingga bangkrut. Japan Airlines memiliki utang sekitar USD 25,6 miliar pada tahun 2010. Maskapai ini juga mengajukan pailit kepada Pengadilan Distrik di Tokyo, pada 19 Januari 2010.
Untuk mengatasi masalah ini, Japan Airlines akhirnya melakukan perombakan besar-besaran agar keuangannya kembali pulih. Dalam perombakan itu, Japan Airlines terpaksa memberhentikan 15.661 pekerja hingga Maret 2013, mengurangi jatah pensiun pekerja dan mengurangi rute layanan.
Maskapai ini juga terpaksa mengandangkan sementara armada pesawat Boeing 747 Jumbo sebanyak 37 unit, 16 unit pesawat MD-90s, dan menggunakan pesawat berkapasitas lebih kecil.
Namun, masalah itu mulai teratasi berkat suntikan dana dari pemerintah Jepang sebesar USD 10 miliar, dan para kreditur yang memutihkan utang Japan Airlines sebesar USD 8 miliar.
Japan Airlines akhirnya bisa mengudara di bawah perlindungan kepailitan. Japan Airlines pernah bekerja sama dengan American Airlines untuk memberikan tarif murah, dan rute penerbangan di seluruh pasifik.
Kerjasama itu menghasilkan pendapatan sebesar USD 156 juta, dan mampu membuat kondisi keuangan Japan Airlines membaik.
3 dari 3 halaman

PT AirAsia Indonesia Tbk

Maskapai AirAsia memang tidak mengalami kebangkrutan. Namun AirAsia sempat mengalami kerugian mencapai Rp203 miliar. Kini maskapai tersebut mencatat laba bersih sebesar Rp11 miliar sepanjang semester 2019.
Perseroan juga membukukan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) sebesar Rp80 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun lalu rugi sebesar Rp194 miliar. Peningkatan ini didukung oleh kenaikan permintaan, meningkatnya efisiensi biaya dan kenaikan harga rata-rata tiket pada musim libur sekolah dan Lebaran.
Direktur Utama PT AirAsia Indonesia Tbk, Dendy Kurniawan menyebutkan pendapatan Perseroan pada kuartal II 2019 naik 67 persen menjadi Rp1,66 triliun dari Rp993 miliar pada periode yang sama tahun 2018. Pendapatan dari hasil penjualan tiket pesawat meningkat 80 persen menjadi Rp1,39 triliun.
Sumber:Merdeka.com
Share:

Recent Posts